Powered By Blogger

Minggu, 21 November 2010

Penglaman Cinta Kasih Pada Ibu


Dia lembut, sabar, rajin, pengertian dan perhatian, itu adalah gambaran tentang ibu saya, ibu yang telah melahirkan saya dengan segala usahanya dan keberaniannya mempertaruhkan nyawanya sendiri hanya untukmemberikan kesempatan pada saya untuk merasakan hidup di dunia, untuk mengukir kehidupan dengan segala kenangan indah sebagai hiburan dan kenangan buruk sebagai pelajaran.
Dia mendidik, membina dan menempa baik fisik maupun mental saya dengan caranya sendiri, dengan penuh kasih sayang. Di waktu saya kecil dia pernah berbohong, ketika saya meminta uang kepada ibu saya untuk membeli sebuah mainan yang sedang populer pada saat itu, dia bilang "ibu tidak punya uang nak... jangan beli mainan ya...", sedih dan kesal saya mendengar kata - kata itu, karena hal itu membuat saya hanya dapat melihat teman - teman saya bermain dengan mainannya. Tapi hal itu telah membuat saya berfikir bahwa menabung itu penting dan menabung adalah suatu kebutuhan, sejak itu saya giat menabung dari uang saku yang di berikan oleh orangtua saya.
Saya senang, bahagia dan bangga ketika saya dapat membeli mainan yang saya inginkan dengan uang tabungan saya sendiri, setelah saya pikir-pikir itu adalah salah satu cara ibu mendidik saya dan kebiasaan menabung itu terus berjalan hingga sekarang. Saya bangga dengan ibu saya dan saya sangat mencintainya.
Sekian.

Sifat -Sifat atau Tipe - Tipe Sahabat

Tipe yang dominan pada sahabat saya yaitu tipe nerveus, di mana bagi dia muncul atau tampil dimuka umum adalah hal yang sangat mendebarkan, sampai - sampai sering terlintas sikap - sikap atau tingkah laku yang aneh muncul ketika dia tampil di muka umum, atau yang biasa di sebut salah tingkah. Memang bermacam - macam tipe seseorang, seperti nerveus, sentimental, kholerikus, sanguinikus dan lain sebagainya. Namun dari sekian banyak tipe - tipe tersebut, tipe nerveuslah yang paling dominan pada sahabat saya.

Fantasi

Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada . Dengan demikian, akivitas imajinasi itu melampaui dunia nyata.

Fantasi dibedakan atas:

a). Fantasi Sengaja, atau yang disadari merupakan usaha imajinasi dari subjek secara sengaja dan disadari. Fantasi sengaja dibagi menjadi dua yaitu:
1).Fantasi sengaja secara aktif : Fantasi yang tidak dikendalikan oleh pikiran atau kemauan.
2).Fantasi sengaja: Fantasi yang dikendalikan oleh pikiran dan kemauan.

b). Fantasi tidak disengaja.

Fantasi bersifat mengabstraksikan, mendeterminasikan, ataupun mengombinasikan.

Salah satu Kagunaan Fantasi adalah dapat membantu seseorang dalam mencari keseimbangan batin.

Pengertian Fantasi ini diambil dari buku Psikoogi Pendidikan oleh Drs. Wasty Soemanto, M.Pd, halaman 26, Penerbit: Rineka Cipta.

Fantasi yang saya inginkan dalam hidup ini adalah agar kehidupan saat ini dan yang akan datang selalu tercapai tujuan dan cita - cita yang telah di cita - citakan selama ini.

Adat Istiadat Bangsa Indonesia

Perlu disadari bahwa manusia tidak hidup sendiri di dunia dimana ia terbebas dari segala nilai dan adat-istiadat dan bisa berbuat apapun sesukanya, sebab sebagai mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia selalu berinteraksi dengan keluarga, orang-orang di lingkungan hidup sekelilingnya, lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia dilahirkan, dan budaya religi turun-temurun dimana suku dan bangsa itu memiliki tradisi nenek-moyang yang kuat. Karena itu manusia tidak terbebas dari adat-istiadat.

Di Indonesia yang mana suatu bangsa yang di dalamnya terdapat bermacam – macam adat istiadat dari berbagai macam daerah dan suku bangsa sangat di perlukan sikap saling menghormati antar daerah yang mana adat istiadat dari tiap – tiap daerahnya berbeda – beda, hal itu sangat di perlukan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan antar daerah guna menghilangkan sifat – sifat kedaerahan di dalan bangsa Indonesia yang dengan tujuan akhir yaitu tercipta bangsa Indonesia yang utuh dan bersatu.

Watak Budaya Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar karena didukung oleh sejumlah fakta positif yaitu posisi bangsa yang sangat strategis, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, kemajemukan sosial budaya, dan jumlah penduduk yang besar. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Namun demikian, untuk mewujudkan itu semua, kita masih menghadapi berbagai masalah nasional yang kompleks, yang tidak kunjung selesai. Misalnya aspek politik, di mana masalahnya mencakup kerancuan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, kelembagaan Negara yang tidak efektif, dan sistem kepartaian yang tidak mendukung. Lalu aspek ekonomi, masalahnya meliputi perekonomian yang tidak konsisten, struktur ekonomi dualistis, kebijakan fiskal yang belum mandiri, sistem keuangan dan perbankan yang tidak memihak, dan kebijakan perdagangan dan industri yang liberal. Dan aspek sosial budaya, masalah yang terjadi saat ini adalah memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan, disorientasi nilai keagamaan, memudarnya kohesi dan integrasi sosial, dan melemahnya mentalitas positif.

Dari sejumlah fakta positif atas modal besar yang dimiliki bangsa Indonesia, jumlah penduduk yang besar menjadi modal yang paling penting karena kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat bergantung pada faktor manusianya (SDM). Masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya juga dapat diselesaikan dengan SDM. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi untuk menjadi Indonesia yang lebih maju diperlukan revitalisasi dan penguatan karakter SDM yang kuat. Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki moralitas tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau dibangun. Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan, melainkan bagaimana bangsa Indonesia mampu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan SDM Indonesia secara berkelanjutan dan merata.

Melihat kondisi sekarang dan akan datang, ketersediaan SDM yang berkarakter merupakan kebutuhan yang amat vital. Ini dilakukan untuk mempersiapkan tantangan global dan daya saing bangsa. Memang tidak mudah untuk menghasilkan SDM tersebut. Persoalannya adalah hingga saat ini SDM Indonesia masih belum mencerminkan cita-cita pendidikan yang diharapkan. Misalnya untuk kasus-kasus aktual, masih banyak ditemukan siswa yang menyontek di kala sedang menghadapi ujian, bersikap malas, tawuran antar sesama siswa, melakukan pergaulan bebas, terlibat narkoba, dan lain-lain. Di sisi lain, ditemukan guru yang tidak jarang melakukan kecurangan-kecurangan dalam sertifikasi dan dalam ujian nasional (UN). Kondisi ini terus terang sangat memilukan dan mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia yang telah merdeka sejak tahun 1945. Memang masalah ini tidak dapat digeneralisir, namun setidaknya ini fakta yang tidak boleh diabaikan karena kita tidak menginginkan anak bangsa kita kelak menjadi manusia yang tidak bermoral sebagaimana saat ini sering kita melihat tayangan TV yang mempertontonkan berita-berita seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, korupsi, dan penculikan, yang dilakukan tidak hanya oleh orang-orang dewasa, tapi juga oleh anak-anak usia belasan.

Oleh karena itu, ke depan dalam rangka membangun dan melakukan penguatan peserta didik perlu di lakukan upaya perbaikan. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pendidik dan orangtua bersama - sama mencoba memahami gejala-gejala anak pada fase negatif, yang meliputi keinginan untuk menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, ada pertentangan sosial, ada kepekaan emosional, kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan jenis, adanya perasaan malu yang berlebihan, dan kesukaan berkhayal . Dengan mempelajari gejala-gejala negatif yang dimiliki anak remaja pada umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat menyadari dan melakukan upaya perbaikan perlakuan sikap terhadap seseorang dalam proses pendidikan formal, non formal dan informal.