Powered By Blogger

Rabu, 05 Januari 2011

Pendapat dan Sikap Mengenai Keadilan di Sekitar Kita

"..........menuju indonesia yang adil dan makmur........"
Itu adalah cuplikan dari pembukaan UUD '45.
Tapi sekarang nyatany Indonesia justru rapuh.Politikus yang handal korupsi sampai menghabiskan milyard-an rupiah uang rakyat hanya dihukum tak lebih dari 10 tahun.Belum lagi kalo dapat potongan masa tahanan ketika libur hari raya, sel penjaranya pun juga tak biasa, justru luar biasa! ada toilet, kasur empuk, makan enak, dikunjungi bisa kapan saja, justru seperti pindah rumah saja.
Beda denganpenjahat kelas teri seperti maling motor, pelayanannya pun juga kelas teri, sel sempit, kotor, belum lagi kalau saat ditangkap dia dapat bonus pukulan mentah dari masyarakat.
Apa jawaban semua itu bersumber dari satu kata yaitu "UANG" itu artinya uanglah yang menguasai indonesia saat ini, yang membuat indonesia semakin jauh dari harapan rakyat.
Apa perlu kita meniadakan uang dan kembali ke masa lalu agar tak ada yang merasa lebih kaya dan berkuasa hanya karena dia punya lebih banyak uang dari yang lain???Pastinya "TIDAK" . Lalu harus bagaimana?? Mari kita pikirkan.

Kisah Penderitaan Seorang Siswi Palestina


Ini adalah kisah tentang seorang siswi di sebuah sekolah putri di Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul seperti biasanya. Di antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam pertemuan ini adalah pemeriksaan mendadak bagi siswi di dalam aula. Dan benar, dibentuklah tim khusus untuk melakukan pemeriksaan dan mulai bekerja. Sudah barang tentu, pemeriksaan dilakukan terhadap segala hal yang dilarang masuk di lingkungan sekolah seperti hand phone berkamera, foto-foto, gambar-gambar dan surat-surat cinta serta yang lainnya.
Keamanan saat itu nampak normal dan stabil, kondisinya sangat tenang. Para siswi menerima perintah ini dengan senang hati. Mulailah tim pemeriksa menjelajah semua ruangan dan aula dengan penuh percaya diri. Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka tas-tas para siswi di depan mereka. Semua tas kosong kecuali berisi buku-buku, pena dan peralatan kebutuhan kuliah lainnya. Hingga akhirnya pemeriksaan selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di situlah bermula kejadian. Apakah sebenarnya yang terjadi ???
Tim pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya seperti biasanya. Tim meminta izin kepada para siswi untuk memeriksa tas-tas mereka. Dimulailah pemeriksaan.
Saat itu di ujung ruangan ada seorang siswi yang tengah duduk. Dia memandang kepada tim pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata nanar, sedang tangannya memegang erat tasnya. Pandangannya semakin tajam setiap giliran pemeriksaan semakin dekat pada dirinya. Tahukah anda, apakah yang dia sembunyikan di dalam tasnya ???
Beberapa saat kemudian tim pemeriksa memeriksa siswi yang ada di depannya. Dia pun memegang sangat erat tasnya. Seakan dia mengatakan, demi Allah mereka tidak akan membuka tas saya. Dan tiba lah giliran pemeriksaan pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.
Tolong buka tasnya anakku, kata seorang guru anggota tim pemeriksa. Siswi itu tidak langsung membuka tasnya. Dia melihat wanita yang ada di depannya dalam diam sambil mendekap tas ke dadanya.
Barikan tasmu, wahai anakku, kata pemeriksa itu dengan lembut. Namun tiba-tiba dia berteriak keras: tidak!! tidak!! tidak!!
Teriakan itu memancing para pemeriksa lainnya dan merekapun berkumpul di sekitar siswi tersebut. Terjadilah debat sengit: berikan tidak!! berikan tidak!!
Adakah rahasia yang dia sembunyikan???
Dan apa yang sebenarnya terjadi???

Maka terjadilah adegan pertarungan tangan untuk memperebutkan tas yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya. Para siswi pun terhenyak dan semua mata terbelalak. Seorang dosen wanita berdiri dan tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua terdiam. Ya Ilahi, apakah sebenarnya yang ada di dalam tas tersebut. Apakah benar bahwa si Fulanah (siswi) tersebut .

Setelah dilakukan musyawarah akhirnya tim pemeriksa sepakat untuk membawa sang siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan pemeriksaan yang barang kali membutuhkan waktu lama
Siswi tadi masuk kantor sedang air matanya bercucuran bagai hujan. Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan tatapan penuh benci dan marah. Karena mereka akan mengungkap rahasia dirinya di hadapan orang banyak. Ketua tim pemeriksa memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi. Dia pun mulai tenang. Dan kepala sekolah pun bertanya, apa yang kau sembunyikan di dalam tas wahai anakku ?
Di sini, dalam saat-saat yang pahit dan sulit, dia membuka tasnya. Ya Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya??? Bukan. Bukan. Tidak ada sesuatu pun yang dilarang ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat cinta. Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan (roti). Ya, itulah yang ada di dalam tasnya.
Setelah ditanya tentang sisa makanan yang ada di dalam tasnya, dia menjawab, setelah menarik nafas panjang.
Ini adalah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa separoh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulang untuk keluarga saya di rumah Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di rumah. Agar mereka memiliki sesuatu yang bisa disantap untuk makan siang dan makan malam. Kami adalah keluarga miskin, tidak memiliki siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang bertanya tentang kami. Alasan saya untuk tidak membuka tas, agar saya tidak malu di hadapan teman-teman di ruangan tadi.
Tiba-tiba suara tangis meledak ruangan tersebut. Mata semua yang hadir bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan buruk pada siswi tersebut.
Ini adalah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang memilukan di Palestina. Dan sangat mungkin juga terjadi di sekitar kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak peduli dengan mereka. Doa dan uluran tangan kita, setidaknya bisa sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-saudara kita di Palestina yang hingga kini terus dilanda tragedi kemanusiaan akibat penjajahan Zionis Israel . (infopalestina)
Sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara QS. 49:10, sahabat banyak saudara kita baik yg dekat maupun yang jauh memiliki kondisi yang tidak jauh dengan gadis kecil Palestina... bantulah dengan apa yg kita punya...

(Dikutip dari Posting FB Group Inspiring Story)

Cerita Ringkasan Film "Das Herz Von Jenin"

Film ini bercerita tentang seorang anak Palestina yang bernama Ahmed yang mati tertembak oleh tentara Israel tahun 2005, dibagian kepala anak itu. Ahmed tinggal dikamp pengungsian wilayah Jenin bersama kedua orangtuanya dan ke-4 saudaranya. Peluru itu mengenai kepala Ahmed ketika dia sedang bermain tembak-tembakan dengan temannya. Ahmed adalah anak laki-laki berumur 12 tahun. Setelah itu, Ahmed dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan di salah satu rumah sakit di Israel. Dokter yang membantunya adalah seorang seorang Kristiani Israel. Tapi akhirnya Ahmed tidak bisa tertolong dan harus menghembuskan napas terakhirnya.
Saat dirumah sakit itu dimana Ahmed di rawat ada banyak anak-anak Israel yang sedang dirawat karena berbagai persoalan kesehatan. Kemudian dokter itu meyampaikan kepada orang tua Ahmed, Ismael Khatib bahwa anak-anak Israel ini membutuhkan donor tubuh dari pihak lain. Kemudian dokter menanyakan apakah organ tubuh Ahmed dapat disumbangkan untuk anak-anak Israel yang membutuhkan itu? Kemudian Ismael Khatib konsultasi dengan istrinya dan beberapa rekan serta ulama di Palestina. Terjadi pro dan kontra atas rencana donor organ tubuh itu. Keluarga Ahmed adalah seorang muslim yang taat. Akhirnya Islmael Khatib dan istrinya memutuskan akan mendonorkan organ tubuh Ahmed yang sudah meninggal itu kepada anak-anak Israel. Ismael menegaskan bahwa ini persoalan pribadi keluarga kami dan kami ingin agar Ahmed bisa berguna untuk orang lain, lebih kurang begitu.
Ada 5 orang anak Israel yang mendapatkan bantuan dari organ tubuh Ahmed. Sayangnya 1 orang anak meninggal setelah mendapatkan bantuan organ tubuh Ahmed. Sedangkan 4 anak lainnya selamat. Anak-anak yang mendapatkan organ tubuh Ahmded berasal dari keluarga Jahudi dan muslim yang tinggal di Israel. Berita donor itupun menjadi berita besar di Israel dan Palestina, banyak media yang menuliskan peristiwa itu.
Selang dua tahun setelah peristiwa itu, Ismael Khatib ingin menemui anak-anak yang telah mendapatkan donor organ tubuh Ahmed anaknya. Dari 4 anak yang selamat, hanya 3 anak yang mau dipublikasikan dan ditampilkan dalam film dokumenter itu. Dua orang dari keluarga Jahudi dan 1 orang dari keluarga muslim yang tinggal di Israel (daerah terpencil). Proses ingin bertemu yang akan dilakukan oleh Ismael Khatib begitu ribet dan sulitnya bertemu dengan anak-anak yang dibantunya. Dari mulai pos penjagaan diperbatasan Israel-Palestina yang sangat ketat sekali, bahkan sampai keluarga Ahmed ditolak untuk menemui keluarga anak-anak tersebut.
Sebelum Ismael ketemu dengan anak-anak yang menerima organ anaknya, ada wawancara yang dilakukan oleh kedua orang tua Ahmed. Lebih kurang pertanyaannya adalah, apakah ibu dan bapak tahu organ anak bapak/ibu diserahkan kepada siapa saja? Apakah ada masalah kalau yang menerimanya adalah anak dari keluarga Jahudi? Ibu Ahmed yang mengenakan jilbab sambil menangis menjawab, bahwa saya memberikan organ anak saya kepada orang lain, bukan karena mereka Jahudi, Kristen ataupun Muslim. Tapi karena anak-anak itu adalah manusia. Begitu juga sebaliknya ditanyakan kepada keluarga anak-anak yang menerima organ dari Ahmed, pertanyaan adalah apakah bapak/ibu tahu dari mana organ yang diterima anak bapak/ibu tersebut? Bagaimana kalau yang mendonorkannya berasal dari keluarga Arab (muslim)? Salah satu keluarga Jahudi yang sangat patuh beragama sangat marah dan benci sekali dengan Arab. Bahkan dalam wawancara itu disampaikan kalau sekedar bertemu tidak masalah,sebagai ucapan terima kasih. Tapi kalau anak-anak saya bermain dengan Arab kami tidak akan izinkan. Orang Arab sangat benci kepada Jahudi. Begitulah kira-kira tanggapan salah satu keluarga yang menerima donor organ tubuh Ahmed yang berasal dari keluarga Jahudi.
Tapi satu keluarga Jahudi yang lainnya sangat baik sekali menerima orang tua Ahmed. Bahkan memberikan bantuan perangkat sekolah bagi anak-anak Palestina. Pasca kematian anaknya, Ismael mendirikan taman bermain bagi anak-anak Palestina untuk mengembangkan pendidikan perdamaian. Program itu didukung oleh lembaga kemanusiaan dari Italy. Programnya melalui seni dan budaya untuk mengajarkan anak-anak cinta perdamaian. Jumlah anak-anak yang tergabung dalam kegiatan itu sebanyak 200 anak Palestina, laki-laki dan perempuan. Taman bermain itulah yang mendapatkan bantuan dari salah seorang keluarga Jahudi yang telah menerima donor organ tubuh Ahmed. Sikap keluarga Jahudi ini sangat berbeda sekali dengan sikap keluarga Jahudi yang juga mendapatkan organ tubuh Ahmed. Ahmed.
Film dokumenter itu semakin kuat saat Ismael bertemu dengan anak-anak yang telah mendapatkan organ tubuh anaknya. Ismael seperti merasakan Ahmed tetap hidup dan menjadi bagian dalam diri anak-anak tersebut. Misalnya ketika bertemu ketiga anak Israel itu, Ismael selalu meyentuh tangan dan rambutnya dengan kelembutan. Bahkan ada adegan meyuapin salah seorang anak tersebut, tidur bersama. Jelas sekali raut wajah Ismael yang begitu haru dan bangga melihat kondisi anak-anak itu yang semakin membaik. Saat itulah menjadi kekuatan adegan dalam film dokumenter itu. Begitu natural.
Cerita film itu membuat saya memberikan tanggapan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tidak pernah melihat latar belakang seseorang. Apapun suku, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas gender, ras, status sosial. Kalau dia manusia maka kita wajib membantunya. Padahal dalam ajaran agama sendiri, jangankan manusia, tumbuhan dan hewan saja diperintahkan untuk disayangi.